Bermain
Catur di Arena Sastra
Oleh Neneng Nurjanah
Data
Buku
Judul
: Filosofi Catur
Karya
: Katherine Neville
Jumlah
halaman : 1182 halaman
Terbit : Agustus 2007
Siapa yang tak kenal catur? Permainan tua yang konon berasal dari Iran kuno ini, menyita banyak perhatian orang di berbagai sudut bumi. Catur bahkan menjadi cabang olah raga yang banyak dipertandingkan. Entah itu demi meraih gelar atau hanya sebagai pengisi waktu luang saja.
Tapi, bagaimana jika yang menjadi
buah catur bukan pion-pion yang terbuat dari kayu, melainkan manusia. Sekali tersingkir, kematian menjadi sebuah
resiko permainan. Inilah yang terjadi dalam novel Filosofi Catur yang diterjemahkan dari
novel The Eight karya Katherine
Neville tahun 1988. novel ini kita membawa pada pertarungan antara
sekelompok orang dari tim hitam dan kelompok putih. Uniknya identitas
masing-masing tim tidak diungkap secara eksplisit, pembaca justru ditantang
untuk menebak siapa tim hitam dan tim putih beserta posisinya dalam permainan. Selain
itu, kitapun diajak mengembara menuju semesta ilmu alam (matematika, fisika,
kimia) dan seni (musik).
Novel yang berjumlah 1182 ini, memfokuskan
penceritaannya pada dua tokoh yang bernama Mireille de Remmy dan Catherine Velis
yang berperan sebagai Ratu hitam. Seperti ratu (queen) dalam permainan
catur- yang dapat melangkah bebas- dua tokoh ini berkelana dari satu negara ke negara lain. Petualanganpun terjalin, dibumbui dengan tokoh-tokoh sejarah seperti
Rousseau, Voltaire, Napoleon Bonaparte, dan Robespierre.
Singkatnya, novel ini bercerita tentang seperangkat
alat catur yang dibawa orang moor (muslim) sebagai hadiah dari
Ibn-al-Arabi untuk Raja Charlemagne di Prancis atas bantuan mengalahkan
bangsa Basque Pyrenees. Buah catur ini
terbuat dari logam mulia yang dihiasi oleh batu-batuan rubi, safir, berlian dan
jamrud serta kekuatan yang misterius. Sehingga, Raja
Charlemagne memerintahkan untuk menguburnya di biara Montglane. Kemudian seperangkat catur itu
disebut Montglane Service.
Seiring dengan revolusi Prancis
tahun 1790, ada beberapa pihak yang ingin memiliki Montglane Service untuk
memperoleh formula rahasia yang terkandung di dalamnya. Inilah yang menyebabkan
Madam Roque, kepala biara Montglane menyusun strategi untuk menyelamatkan Montglane
Service. Kepala biara mengutus dua biarawati dari biara Montglane yang bernama
Mireille de Remmy dan sepupunya Valentine untuk ikut andil dalam usaha
penyelamatan Montglane Service.
Perebutan Montglane Service
melibatkan Mireille dan Valentine pada sebuah permainan yang berujung pada
kematian Valentine. Hal ini membuat Mireille terpancing untuk menguak misteri Montglane
Service dan membawanya pada sejumlah pengembaraan dari Corsiva sampai Aljazair.
Di Aljazair barulah Mireille paham permainan beserta
posisinya. Mireille yang ternyata seorang ratu hitam mengetahui misteri
Montglane Service dan berusaha untuk memastikan buah-buah catur dalam keadaan
aman.
Perebutan montglane service
berlanjut sampai 1972, yang melibatkan seorang ahli komputer yang bernama
Catherine Velis. Ia menghadapi kematian misterius Grand Master Fiske dan Saul
(sopir pribadi temannya). Pada saat
yang sama Chaterine yang sama mendapat tugas untuk meng-install program di sebuah departemen perminyakan di Aljazair. Di
sana Chaterine terlibat pada pergantian posisi ratu hitam dan tugas
penyelamatan Montglane Service. Hingga
akhirnya, Catherine dan teman-temannya menyibak tabir rahasia Montglane Service
yang memuat formula rahasia panjang usia dan gambaran tatanan alam semesta.
***
Novel setebal 1182 halaman
tentu menyita banyak konsentrasi. Tapi, dengan penggunakan bahasa yang
sederhana dan terjemahan yang cukup jernih, mata kita seakan tidak lelah untuk
menelusuri lembar demi lembar, menikmati lukisan imagi visual yang estetik. Terasa nikmat rasanya kita mengecap kalimat ‘tanah ini
tenggelam di musim semi (hal 14)’ menggambarkan kondisi jalan bukit yang
lembab di musim semi yang seharusnya kering. Atau kalimat ‘…tak ada yang bergerak disana kecuali
kristal-kristal pasir yang berterbangan
dihembus oleh nafas Tuhan (hal 604)’ yang mendeskripsikan hamparan lautan
pasir Sahara dengan tiupan angin.
Novel ini juga menarik karena penceritaan yang berlapis. Ada tujuh bab pada novel
ini yang memiliki subbab, seperti ada cerita dalam cerita. Semisal pada bab
pertama yang diawali dengan deksripsi keadaan genting di Prancis dan akhirnya
berujung pada penceritaan Madam Roque tentang asal mula Montglane Service. Tehnik
penceritaan ini membuat pembaca dituntut untuk teliti dalam membedakan mana subcerita,
dan cerita utama.
Yang lebih unik lagi novel ini memiliki
jalinan cerita novel meloncat loncat. Bab pertama menceritakan tentang Mireille
dengan latar, tahun 1790 dan bab kedua penceritaan beralih pada Catherine
dengan latar, tahun 1972. Tapi asiknya membaca novel ini, meski cerita yang
berloncat-loncat, penulis tahu betul di mana menempatkan cerita Mireille dan
Catherine. Sehingga, saat klimaks setiap bagian tidak kehilangan ketegangan dan
kejutan-kejutan yang membuat kita tambah penasaran dengan kelanjutan nasib para
tokoh. Dan membuat kita tertantang untuk menebak teka-teki dan misteri yang
belum terungkap.
***
Perempuan
Dalam Permainan Yang Patriarkhal
Posisi
Mireille dan Catherine dalam novel ini sangat unik. Mereka memiliki peranan
penting dalam menentukan menang kalahnya tim dan keselamatan Montglane Service.
Sebagai ratu hitam mereka menunjukan kekuatan perempuan (girl power) dalam menyelesaikan misi, meskipun harus mengorbankan
nyawa. Selain itu,
Catherine sebagai ratu hitam memiliki kekuasaan untuk menentukan nasib Montglane
Service yang sudah terkumpul.
Seperti juga ungkapan Yalom, seorang
peneliti senior di Institute for Women and Gender di Stanford University,
Amerika Serikat yang meneliti permainan catur pada abad
pertengahan, Ia mengatakan bahwa posisi Ratu (queen) dalam permainan catur-yang
anggotanya adalah laki-laki-sangatlah unik. Ia adalah satu-satunya buah catur
yang memiliki langkah yang sangat bebas, dan yang lebih hebatnya lagi ratu bisa
melakukan ancaman mati (checkmate) terhadap seorang Raja (king). Ini ternyata posisi relevan menguatnya posisi perempuan di Eropa Selatan pada abad pertengahan yang
berhak atas warisan, gelar kebangsawanan dan memerintah suatu wilayah.
Sebagai Ratu Hitam Mireille dicitrakan
sebagai tokoh yang cerdas dan berani. Dengan
tangguh, Dia menaiki kuda menuju Corsiva dan menyebrangi laut tengah untuk mencapai
Aljazair meskipun dalam keadaan hamil. Tanpa ragu dia pun membunuh Jean Paul Madat sebagai
aksi balas dendam atas kematian Valentine serta mengatur kehidupan posisi orang
yang berperan dalam permainan agar Montglane Service ada dalam keadaan yang
aman.
Catherinepun
demikian, dia memiliki kecerdasan seorang ahli komputer dengan karakter yang kuat dan
tegas. Bersama
teman-temannya, Ia memecahkan teka-teki penggalian buah catur, dan misteri
formula rahasia Montglane Service. Sebagai Ratu Hitam, ia mampu bekerja sama
dengan timnya seperti Solarin sebagai knigt (kuda), dan Nim sebagai rook
(Benteng).
Akhirnya, ada
semacam pesan yang terselubung dalam novel ini, yaitu perempuan memiliki
kekuatan yang besar meski ada dalam kehidupan yang patriarkal. Laki-laki dalam
hal ini tidak selalu menjadi musuh, melainkan menjadi partner dalam memerangi
kejahatan yang lebih besar. Novel ini seakan memberi spritit untuk menjadikan
diri perempuan sebagai ‘Ratu’ yang tidak melulu manut pada sang ‘Raja’, namun menjelma sosokyang berkuasa. ***
deskripsi yang menarik. tapi sayang menurutku tulisan ini kehilangan satu unsur penting dalam mengulas buku yakni kritik dari penulisnya yang boleh jadi malah lebih jenius dari si penulis buku itu sendiri.
BalasHapus